EPIDEMIOLOGI CAMPAK
(Rubeola, hard measles, Red measles, Morbilli)
A. Identifikasi
Suatu penyakit virus akut yang sangat menular dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk dan binti-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik). Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh; dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Sering timbul lekopenia. Penyakit lebih berat pada bayi dan orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain berupa otitis media, pneumonia, laryngotracheobronchitis (croup), diare, dan ensefalitis.
Di Amerika Serikat sekitar tahun 1990-an, kematian karena campak sebesar 2-3 per 1.000 kasus; kematian terutama pada anak-anak dibawah 5 tahun, terutama karena pneumonia dan kadang-kadang oleh karena ensefalitis. Campak lebih berat diderita oleh anak-anak usia dini dan yang kekurangan gizi, pada penderita golongan ini biasanya ditemukan ruam dengan perdarahan, kehilangan protein karena enteropathy, otitis media, sariawan, dehidrasi, diare, kebutaan dan infeksi kulit yang berat. Anak-anak dengan defisiensi vitamin A subklinis atau klinis berisiko tinggi menderita kelainan di atas. CFR di negara berkembang diperkirakan sebesar 3-5% tetapi seringkali di beberapa lokasi berkisar antara 10%-30%. Dilaporkan adanya kematian akut dan tertunda pada bayi dan anak-anak. Pada anak-anak dalam kondisi garis batas kekurangan gizi, campak seringkali sebagai pencetus terjadinya kwasiorkor akut dan eksaserbasi defisiensi vitamin A yang dapat menyebabkan kebutaan. Sangat jarang sekali timbul Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah infeksi; lebih dari 50% kasuskasus SSPE pernah menderita campak pada 2 tahun pertama umur kehidupan.
Diagnosa biasanya dibuat berdasarkan gejala klinis dan epidemiologis walaupun konfirmasi laboratorium dianjurkan untuk dilakukan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi antibodi IgM spesifik campak yang timbul pada hari ke 3-4 setelah timbulnya ruam atau untuk mendeteksi peningkatan yang signifikan titer antibodi antara serum akut dan konvalesens untuk memastikan diagnosis campak. Teknik yang jarang digunakan antara lain identifikasi antigen virus dengan usap mukosa nasofaring menggunakan teknik FA atau dengan isolasi virus dengan kultur sel dari sample darah atau usap nasofaring yang diambil sebelum hari keempat timbulnya ruam atau dari spesimen air seni yang diambil sebelum hari kedelapan timbulnya ruam.
B. Penyebab infeksi - virus campak, anggota genus Morbillivirus dari family Paramyxoviridae.
C. Distribusi penyakit
Sebelum kegiatan imunisasi dilakukan secara luas, campak sering terjadi pada masa kanak-kanak, lebih dari 90% penduduk telah terinfeksi pada saat mereka mencapai usia 20 tahun; sedikit sekali orang yang terbebas dari serangan campak selama hidupnya. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk terjadi KLB setiap 2-3 tahun. Pada kelompok masyarakat dan daerah yang lebih kecil, KLB cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Dengan interval antar KLB (honeymoon period) yang lebih panjang seperti yang terjadi di daerah Kutub Utara dan di beberapa pulau tertentu, KLB campak sering menyerang sebagian penduduk dengan angka kematian yang tinggi.
Dengan program imunisasi yang efektif untuk bayi dan anak, kasus-kasus campak di Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara lainnya (seperti Finlandia, Republik Czech) turun sebesar 99% dan pada umumnya campak hanya menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi atau anak-anak yang lebih besar, remaja atau dewasa muda yang hanya menerima vaksin satu dosis.
Di Amerika Serikat pernah ada peningkatan insidensi campak pada tahun 1989-1991. kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, termasuk anak-anak di bawah umur 15 bulan. KLB yang berkepanjangan timbul pada populasi anak sekolah diantara 2-5% dari mereka yang gagal membentuk antibodi; tidak terjadi serokonversi setelah mendapat vaksinasi 1 dosis. Sejak jadwal imunisasi 2 dosis diterapkan , insidensi campak telah menurun, pada level yang sangat rendah dan data terakhir menunjukkan adanya pemutusan rantai penularan endogenous di Amerika Serikat. Di sebagian besar negara-negara Amerika Latin, pemberian vaksin campak sebagai tambahan pada saat kampanye Pekan Imunisasi Nasional (PIN) memberikan hasil hampir terjadi eliminasi campak dinegara tersebut. Pada tahun 1994, negara-negara Barat menetapkan target eliminasi campak untuk dicapai pada akhir tahun 1005.
Di daerah iklim sedang campak timbul terutama pada akhir musim dingin dan pada awal musim semi. Di daerah tropis campak timbul biasanya pada musim panas.
D. Reservoir - manusia.
E. Cara penularan
Melalui udara dengan penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung atau tenggorokan dari orang-orang yang terinfeksi dan agak jarang melalui benda-benda yang terkena sekret hidung atau sekret tenggorokan. Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat menular.
F. Masa inkubasi
Masa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari 19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga masa inkubasi dapat memperpanjang masa inkubasi.
G. Masa penularan
Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodromal (biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam) sampai 4 hari setelah timbul ruam; minimal setelah hari kedua timbulnya ruam. Virus vaksin yang dilemahkan sampai saat ini tidak pernah dilaporkan menular.
H. Kerentanan dan kekebalan
Semua orang yang belum pernah terserang penyakit ini dan mereka yang belum pernah diimunisasi serta nonresponders rentan terhadap penyakit ini. Imunitas yang didapat setelah sakit bertahan seumur hidup. Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak akan terlindungi kira-kira selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung dari titer antibodi maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung dari titer maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung pada kecepatan degradasi antibodi tersebut. Antibodi maternal mengganggu respons terhadap vaksin. Imunisasi yang diberikan pada usia 12-15 bulan memberikan imunitas kepada 94-98% penerima, imunisasi dapat menaikkan tingkat imunitas sampai sekitar 99%. Bayi yang baru lahir dari ibu yang memperoleh kekebalan karena vaksinasi campak, menerima antibodi pasif dari ibunya lebih sedikit jika dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang mendapatkan kekebalan alamiah. Dan bayi ini lebih mudah terkena campak sehingga membutuhkan imunisasi campak pada usia yang lebih dini dari jadwal yang biasanya dilakukan.
I. Cara-cara pemberantasan
a. Cara-cara pencegahan
1) Di Amerika Serikat diberikan penyuluhan kepada masyarakat oleh Departemen Kesehatan dan dokter praktek swasta yang menganjurkan imunisasi campak untk semua bayi, anak remaja dan dewasa muda yang masih rentan yang lahir pada dan setelah tahun 1957. Apabila pemberian vaksinasi campak merupakan kontraindikasi dan bagi orang-orang yang tidak diimunisasi dan orang tersebut diketahui dalam waktu lebih dari 72 jam terpajan campak di lingkungan keluarga atau di lingkungan institusi, dapat dilindungi sebagian atau sepenuhnya dengan pemberian IG yang diberikan dalam waktu 6 hari setelah terpajan.
2) Imunisasi: Vaksin campak yang mengandung virus yang dilemahkan adalah vaksin pilihan digunakan bagi semua orang yang tidak kebal terhadap campak, kecuali ada kontraindikasi. Pemberian dosis tunggal vaksin campak hidup (live attenuated) biasanya dikombinasikan dengan vaksin hidup lainnya (mumps, rubella), dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin yang diinaktivasi lainnya atau bersama-sama toksoid; dapat memberikan imunitas aktif pada 94-98% individu-individu yang rentan, kemungkinan kekebalan yang timbul dapat bertahan seumur hidup, kalaupun terjadi infeksi maka bentuk infeksinya sangat ringan atau infeksi tidak nampak dan tidak menular. Dosis kedua vaksin campak dapat meningkatkan tingkat kekebalan sampai 99%.
Sekitar 5-15% dari orang setelah divaksinasi menunjukkan gejala kelesuan dan demam mencapai 39.4°C (103°F). gejala ini muncul antara 5-12 hari setelah diimunisasi, biasanya akan berakhir setelah 1-2 hari, namun tidak begitu mengganggu. Ruam, pilek, batuk ringan dan bercak Koplik kadang-kadang juga dapat timbul. Kejang demam dapat pula timbul, namun sangat jarang dan tanpa menimbulkan gejala sisa. Insidensi tertinggi terjadinya kejang demam adalah pada anak-anak dengan riwayat atau keluarga dekat (orang tua atau saudaranya) mempunyai riwayat kejang demam. Ensefalitis dan ensefalopati pernah dilaporkan terjadi setelah diimunisasi campak (kejadiannya kurang dari 1 kasus per 1 juta dosis yang diberikan). Di Indonesia kejadian-kejadian seperti ini dipantau oleh Pokja KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi).
Untuk mengurangi jumlah kegagalan pemberian vaksin, di Amerika Serikat jadwal rutin pemberian vaksin campak 2 dosis, dengan dosis awal diberikan pada umur 12-15 bulan atau sesegera mungkin setelah usia itu. Dosis kedua diberikan pada saat masuk sekolah (umur 4-6 tahun) namun dapat juga dosis kedua ini diberikan sedini mungkin, 4 minggu setelah dosis pertama dalam situasi dimana risiko untuk terpajan campak sangat tinggi. Kedua dosis diberikan sebagai vaksin kombinasi MMR (measles, mumps dan rubella). Imunisasi rutin dengan MMR pada umur 12 bulan penting dilakukan di wilayah dimana timbul kasus campak. Selama terjadi KLB di masyarakat, usia yang direkomendasikan untuk imunisasi menggunakan vaksin campak monovalent dapat diturunkan menjadi 6-11 bulan. Dosis kedua vaksin campak kemudian diberikan pada umur 12-15 bulan dan dosis ketiga pada waktu masuk sekolah.
Dari hasil penelitian di Afrika dan Amerika Latin menunjukkan bahwa umur optimal untuk diimunisasi di negara berkembang sangat tergantung pada antibody maternal yang masih bertahan pada bayi dan tingkat risiko terpajan campak pada umur yang lebih muda. Secara umum WHO Menganjurkan pemberian imunisasi campak pada umur 9 bulan. Di Amerika Latin, PAHO (Pan American Health Organization) sekarang merekomendasikan pemberian imunisasi rutin pada umur 12 bulan dan pemberian imunisasi tambahan secara berkala pada kampanye Pekan Imunisasi Nasional untuk mencegah terjadinya KLB.
a) Penyimpanan dan pengiriman vaksin: Imunisasi bisa tidak memberikan perlindungan apabila vaksin tidak ditangani atau disimpan dengan benar. Sebelum dilarutkan, vaksin campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari es (2-8°C; 35,6-46,4°F) secara aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai ulang. Baik vaksin beku-kering atau yang sedang dipakai dilapangan harus dilindungi dari sinar ultraviolet yang lama karena dapat menyebabkan virus menjadi tidak aktif.
b) Imunisasi ulang: Di Amerika Serikat sebagai tambahan terhadap imunisasi rutin imunisasi ulang diberikan pada anak-anak yang baru masuk sekolah, imunisasi ulang diperlukan lagi bagi anak-anak yang memasuki SMA, bagi mereka yang akan masuk perguruan tinggi atau kepada mereka yang akan masuk ke fasilitas perawatn penderita, kecuali bagi mereka yang memiliki riwayat pernah terkena campak atau ada bukti serologis telah memiliki imunitas terhadap campak atau telah menerima 2 dosis vaksin campak. Bagi mereka yang hanya menerima vaksin campak yang telah diinaktivasi, imunisasi ulang dapat menimbulkan reaksi lebih berat seperti bengkak local dan indurasi, limfadenopati dan demam, namun mereka akan terlindungi terhadap sindroma campak atipik.
c) Kontra indikasi penggunaan vaksin virus hidup:
Vaksin yang mengandung virus hidup tidak boleh diberikan kepada pasien dengan penyakit defisiensi imunitas primer yang mengenai fungsi sel T atau defisiensi imunitas yang didapat karena leukemia, limfoma, penyakit keganasan lain atau terhadap mereka yang mendapatkan pengobatan dengan kortikosteroid, radiasi, obat-obat alkilating atau anti metabolit, infeksi oleh HIV bukan merupakan kontra indikasi yang mutlak. Di Amerika Serikat imunisasi MMR dapat dipertimbangkan untuk diberikan kepada orang dengan infeksi HIV asimptomatis tanpa bukti adanya supresi imunologis yang berat. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi campak kepada semua bayi dan anak-anak dengan mengabaikan status HIV-nya, sebab risiko untuk terkena campak yang berat pada ana-anak itu lebih besar.
d) Penderita dengan penyakit akut yang berat dengan atau tanpa demam, pemberian imunisasi ditunda sampai mereka sembuh dari fase akut penyakit yang diderita; penyakit ringan seperti diare atau ISPA bukan merupakan kontra indikasi.
f) Orang dengan riwayat hipersensivitas anafilaktik terhadap pemberian vaksin campak sebelumnya, mereka yang sensitif terhadap gelatin atau neomisin, tidak boleh menerima vaksin campak. Alergi terhadap telur, meskipun bila terjadi anafilaktik tidak dianggap sebagai kontra indikasi.
g) Kehamilan. Secara teoritis vaksinasi tidak diberikan pada wanita hamil; mereka diberi penjelasan tentang risiko teoritis kemungkinan terjadi kematian janin apabila mereka menjadi hamil dalam waktu 1 bulan setelah mendapat vaksin campak monovalen atau 3 bulan setelah mendapat vaksin MMR.
h) Vaksinasi harus diberikan paling lambat 14 hari sebelum pemberian IG atau sebelum transfusi darah. IG atau produk darah dapat mengganggu respons terhadap vaksin campak dengan lama waktu yang bervariasi tergantung daripada dosis IG. Dosis yang biasa diberikan untuk Hepatitis A dapat mengganggu respons terhadap vaksin selama 3 bulan; dosis IG yang sangat besar yang diberikan melalui intravena dapat mengganggu respons terhadap vaksin sampai selama 11 bulan.
3) Imunisasi campak sebagai persyaratan bagi anak-anak yang akan masuk sekolah dan bagi anak-anak pada pusat penitipan anak sampai dengan mahasiswa perguruan tinggi, telah terbukti efektif dalam penanggulangan campak di Amerika Serikat dan di beberapa propinsi di Kanada. Sejak KLB yang berkepanjangan terjadi di sekolah-sekolah walaupun cakupan imunisasi pada anak-anak tersebut mencapai lebih dari 95%, tingkat kekebalan yang lebih tinggi dibutuhkan untuk mencegah timbulnya KLB. Hal ini dapat dicapai melalui imunisasi ulang yang diberikan secara rutin sebagai persyaratan untuk memasuki sekolah.
b. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan perantara
1) Laporan ke kantor Dinas Kesehatan setempat: Campak wajib dilaporkan di semua negara bagian di Amerika Serikat dan di banyak negara, Kelas 2A (lihat pelaporan penyakit menular). Laporan disampaikan secepatnya (dalam waktu 24 jam) untuk memberi kesempatan penanggulangan KLB yang lebih baik.
2) Isolasi: tidak praktis dilakukan untuk masyarakat yang besar; Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama 4 hari setelah timbulnya ruam. Di rumah sakit isolasi yang dilakukan mulai stadium kataral pada periode prodromal sampai dengan hari ke-4 timbulnya ruam dapat mengurangi keterpajanan pasienpasien dengan risiko tinggi lainnya.
3) Disinfeksi serentak: Tidak ada.
4) Karantina: Biasanya tidak praktis. Karantina yang dilakukan pada institusi, bangsal atau penginapan kadang-kadang bermanfaat; lakukan pemisahan yang tegas terhadap bayi-bayi yang sehat apabila ditemukan penderita campak di sebuah institusi.
5) Imunisasi kontak: Vaksin virus hidup, bila diberikan dalam waktu 72 jam setelah terpajan dapat memberikan perlindungan. IG dapat diberikan dalam waktu 6 hari setelah terpajan bagi anggota keluarga yang rentan dan bagi kontak lainnya dimana orang-orang tersebut mempunyai risiko komplikasi sangat tinggi (terutama kontak yang berumur di bawah 1 tahun, wanita hamil atau orang-orang dengan kelainan imunologis) atau diberikan kepada orang yang mempunyai kontra indikasi terhadap vaksinasi campak. Dosis IG adalah 0,25 ml/kg BB (0,11 ml.lb) sampai dengan dosis maksimum sebesar 15 ml. Vaksin campak virus hidup dapat diberikan kepada orang ini 5-6 bulan kemudian apabila tidak ada kontra indikasi.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Lakukan investigasi terhadap orang orang yang rentan yang terpajan dan kepada orang ini diberi imunisasi untuk mencegah penularan penyakit. Status carrier tidak diketahui.
7) Pengobatan spesifik: Tidak ada.
c. Penanggulangan KLB
1) Laporkan segera (dalam waktu 24 jam) kasus-kasus tersangka campak yang ditemukan dan lakukan kegiatan imunisasi yang komprehensif bagi semua orang yang rentan untuk mencegah penularan. Jika terjadi KLB campak di tempat penitipan anak, sekolah dan perguruan tinggi di Amerika Serikat, maka terhadap semua orang yang tidak memiliki Catatan vaksinasi pada waktu bayi dengan 2 dosis dengan interval minimal 1 bulan harus diimunisasi, kecuali jika mereka memiliki Catatan dari dokter bahwa mereka pernah menderita campak atau memiliki bukti laboratorium tentang status imunisasinya.
2) Apabila KLB terjadi di suatu institusi, penghuni baru harus diberi vaksinasi atau IG.
3) Di banyak negara berkembang, CFR campak masih tinggi. Apabila vaksin tersedia, pemberian vaksinasi pada awal suatu KLB membantu mencegah penyebaran lebih lanjut. Apabila persediaan vaksin terbatas, prioritas harus diberikan kepada anak-anak dengan risiko yang paling tinggi.
d. Implikasi bencana
Masuknya virus campak pada pengungsi dengan proporsi mereka yang rentan masih cukup tinggi dapat menyebabkan terjadinya KLB yang berat dengan angka kematian yang tinggi.
e. Tindakan Internasional:
Tidak ada.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Distribusi Masalah Kesehatan (Penyakit Campak)
Berdasarkan variabel Epidemiologi yaitu ; Orang, Tempat dan Waktu.
- Sebelum Immunisasi
Sebelum kegiatan imunisasi campak secara luas kasus campak menyerang , Kanak-kanak s/d umur 20 tahun dan kebanyakan dari penderita terdapat di daerah Metropolitan dan Kutub Utara
- Setelah Program Immunisasi
Kasus campak hanya mengenai anak-anak yang tidak diimmunisasi, termasuk anak-anak dibawah usia 15 bulan. Kecendrungan kasus meningkat atau berpeluang menjadi KLB yang berkelanjutan terdapat pada populasi anak sekolah dimana dari mereka gagal memebentuk antibody, tidak terjadi seokonversi setelah mendapat vaksinasi 1 dosis. Dan setelah diterapkan jadwal immunisasi 2 dosis, kecendrungan penyakit menurun sampai pada level terendah serta terakhir menunjukkan kecendrungan pemutusan mata rantai. Dan pemberian vaksin campak tambahan pada saat kampanye pecan Immunisasi Nasional (PIN) hamper terjadi eliminasi campak dibeberapa Negara.
- Tren Penyakit Campak Menurut Waktu dan Tempat
Di daerah iklim sedang campak timbul terutama pada akhir musim dingin dan pada awal musim semi. Di daerah tropis campak timbul biasanya pada musim panas.
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Penyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di daerah yang sangat terpencil.
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara.
B. Determinan Masalah Kesehatan (Penyakit Campak)
a. Penyebab
Penyebab Penyakit Campak adalah Virus campak golongan paramyxoviridae
b. Bagaimana seseorang bisa terkena Penyakit Campak
Semua orang yang belum pernah terserang penyakit Campak dan mereka yang belum pernah diimunisasi serta nonresponders rentan terhadap penyakit Campak. Imunitas yang didapat setelah sakit bertahan seumur hidup. Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak akan terlindungi kira-kira selama 6-9 bulan pertama atau lebih lama tergantung dari titer antibodi maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung dari titer maternal yang tersisa pada saat kehamilan dan tergantung pada kecepatan degradasi antibodi tersebut. Antibodi maternal mengganggu respons terhadap vaksin. Imunisasi yang diberikan pada usia 12-15 bulan memberikan imunitas kepada 94-98% penerima, imunisasi dapat menaikkan tingkat imunitas sampai sekitar 99%. Bayi yang baru lahir dari ibu yang memperoleh kekebalan karena vaksinasi campak, menerima antibodi pasif dari ibunya lebih sedikit jika dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang mendapatkan kekebalan alamiah. Dan bayi ini lebih mudah terkena campak sehingga membutuhkan imunisasi campak pada usia yang lebih dini dari jadwal yang biasanya dilakukan.
Seseorang bisa terkena Penyakit Campak apa bila terjadi proses penularan Virus Campak kepada seseorang yang rentan dan seseorang yang memiliki factor resiko terkena Penyakit Campak. Penularan itu bisa didapati :
- Penularan terutama melalui batuk, bersin (sekresi hidung)
- Dapat mulai menularkan 1-3 hari sebelum panas sampai 4 hari setelah timbul rash.
- Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit.
c. Riwayat Alamiah Penyakit Campak
Suatu penyakit virus akut yang sangat menular dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk dan binti-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak Koplik).
Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh; dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Sering timbul lekopenia.
Penyakit lebih berat pada bayi dan orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain berupa otitis media, pneumonia, laryngotracheobronchitis (croup), diare, dan ensefalitis.
Masa inkubasi berlangsung sekitar 10 hari, tapi bisa berkisar antara 7-18 hari dari saat terpajan sampai timbul gejala demam, biasanya 14 hari sampai timbul ruam. Jarang sekali lebih lama dari 19-21 hari. IG untuk perlindungan pasif yang diberikan setelah hari ketiga masa inkubasi dapat memperpanjang masa inkubasi.
Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodromal (biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam) sampai 4 hari setelah timbul ruam; minimal setelah hari kedua timbulnya ruam. Virus vaksin yang dilemahkan sampai saat ini tidak pernah dilaporkan menular.
d. Factor Resiko Penyakit Campak
- Anak-anak dengan defisiensi Vitamin A
- Anak Kurang Gizi/BGM
- Anak yang Tidak di Immunisasi dan Anak yang hanya mendapatkan Imunisasi Campak 1 dosis.
C. Prediksi Penyakit Campak dimasa Datang.
Pada sidang CDC/PAHO/WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) /reservoir campak hanya pada manusia, serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu effikasi vaksin 85%, dan diperkirakan eradikasi dapat dicapai 10-15 tahun setelah eliminasi.
Global Sidang WHA tahun 1998, menetapkan kesepakatan Eradikasi Polio (Erapo), Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) dan Reduksi Campak (RECAM). Pada Technical Consultative Groups (TCG) Meeting, di Dakka, Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan KEJADIAN LUAR BIASA (KLB).
Program Imunisasi campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982, dan pada tahun 1991 Indonesia telah mencapai Imunisasi Dasar Lengkap atau universal childs immunization (UCI) secara nasional. Sebagai dampak program imunisasi tersebut terjadi kecenderungan penurunan insidens campak pada semua golongan umur. Pada bayi (< 1 tahun) dan anak umur I-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relatif landai.
Jadi kesimpulannya menurut saya adalah dimasa mendatang tidak ditemukan lagi kasus campak yang berpotensial KLB. Karna Virus Campak bisa di Eradikasi, Reduksi dan Eliminasi melalui program Imunisasi Dasar Campak, Chrass Program Campak dan Cath Up Campak.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia.
Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah, perubahan iklim, mobilisasi penduduk dapat menimbulkan masalah baru dan dapat menjadi factor tertularnya akan penyakit.
Adalah penting mengenal dan memahami studi Epidemiologi penyakit Menular untuk melakukan tindakan pencegahan dan upaya promosi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Imunisasi memiliki peranan penting didalam upaya pencegahan terhadap penyakit menular seperrti hal nya campak. Disamping pola gaya hidup PHBS, gizi seimbang dan sanitasi lingkungan.
Promosi penting sebagai upaya pemberitahuan kepada masyarakat agar mampu mengethaui memahami dan mampu mandiri dalam upaya pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan.
B. Saran
Selagi masih ada manusia, kapan dan dimanapun tidak akan pernah lepas dari namanya penyakit. Untuk itu penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut :
1. Pelajari dan kenali penyakit sebagai upaya perbaikan dan pemantapan kualitas hidup.
2. Dibutuhkan data yang akurat dan terkini dalam upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit, utnuk itu epidemiologi memegang peranan penting.
3. Campak menyerang usia balita pada umumnya, namun dapat juga pada segala umur. Anak sebagai generasi penerus kita mari kita bekali dengan pertahanan yang kokoh, bentengi dengan Imunisasi.
4. Tindakan dan keputusan yang tepat berdasarkan dari kondisi dan data yang up to date, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Usaha dan kerja keras di barengi dengan ketelitian dan kehati-hatian diperlukan dalam segala hal, terlebih lagi dalam epidemiologi Penyakit Menular.
6. Sehat Individu, Sehat Keluarga, Sehat Masyarakat adalah sebuah Investasi bagi Kekuatan Bangsa. Mari kita sehatkan Kesehatan Masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Budiarto, eko.2003. Pengantar epidemiologi.jakarta: penerbit buku kedokteran egc
2. Bustan mn ( 2002 ). Pengantar epidemiologi, jakarta, rineka cipta
3. Nasry, nur dasar-dasar epidemiologi
4. I Nyoman Kandun, Mph ,(editor), Manual Pemberantasan Penyakit Menular, edisi 17, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar